Friday, May 02, 2008

Teratur dan Aturan

Hidup di negeri yang teratur memang ada enak ngga' enaknya, di daerah asal saya, karena memang aturan belum dilaksanakan dengan tegas, efeknya hukum rimba jadi begitu dominan, lalu lintas bisa sradak sruduk, bus umum yang notabene ukurannya paling gede serasa jadi penguasa jalanan.
Parkir di sembarang tempatpun ngga' masalah, asal kendaraan lain masih bisa mengakses jalan dan melaluinya dengan lancar, ngga' peduli kadang setengah roda naik trotoar.
Bicara trotoar, fungsinya bisa beralih jadi tempat pedagang kaki lima, saya sendiri ngga' mau menilai mana salah mana benar, tapi kalau merujuk pada fungsi dan aturan, yang namanya trotoar adalah tempat para pejalan kaki untuk beraksi. Tapi kalau si kaki lima ini digusur, rame-rame mereka demo, dipindah pun juga ngga' mau, ujung-ujungnya pemerintah yang mereka salahkan karena ngga' mampu menciptakan tenaga kerja, lalu dalih itu diusung oleh mereka kemudian bersama-sama dengan para pecundang berupaya ntuk mendongkel pemerintah. Ya jadinya begitu deh, negeri merdeka tapi pemerintah nya ngga' merdeka.
Harusnya pemerintah yang mengatur, malah banyak diatur. Mau ambil kebijakan ini, yang bernyanyi sumbang sudah lebih tinggi suaranya, laksana para pembajak film/lagu yang sudah mengedarkan produknya mendahului distributor resmi.

Nah, kalo di negeri yang teratur yang sementara ini sedang sayan diami. Soal keteraturan memang sudah jadi bagian hidup para masyarakatnya. Sebenernya mereka yang ngeyel bin ndableg pun juga ada, tapi itu bisa dihitung dengan jari (ngga' tau berapa jari yang diperlukan).

Birokrasi berjalan dengan jelas, ya walaupun harus ngurus ini-itu tapi kalau jelas dan memang SEMUA orang harus begitu ya mau gimana lagi. At least semuanya bisa dipersiapkan tanpa ada jalur-jalur siluman yang ada di tengah jalan.

Ngga' enaknya? ya terlalu strict aja, mau cari parkir harus di tempat yang sudah disediakan wal hasil kadang harus muter-muter dulu menjelajah seantero HDB tuk sekedar mencari tempat parkir yang legal.

Memang di sini dan di sana pun, semuanya punya aturan. Tapi apalah daya, yang namanya aturan kan cuma benda mati, si pelakunya ini yang bisa men-utilise si aturan itu.
Rambu-rambu lalu lintas, dia hanya terdiri tanda-tanda dan gambar, kalau S dicoret tandanya dilarang berhenti, kalaupun ada orang berhenti disitu, kemudian ada aparat penegak hukum di depan mobil kok hanya diam saja, ya ngga' ada fungsinya si rambu-rambu itu.

Tapi masak iya, untuk men-utilise si rambu-rambu harus menunggu ada pak polisi nungguin di rambu-rambu itu, ya buang-buang waktu dan tenaga si pak polisi kan kalo begitu.
Makanya tak heran di negeri ini tak ada perempatan yang dijaga sama polisi lalu lintas. Ngga' terdengar suara pluit seperti di daerah asal saya, saking bisingnya, sampai ngga' tau mana pluit pak polisi, pluit jaga parkir, atau pluit wasit sepak bola.

Jadi kalau si aturan itu ngga diperhatikan oleh si obyek ya hanyalah muspro (sia-sia) belaka, yang ada hanyalah buang-buang energi, materi, dan keringat.

So monggo-monggo.. untuk menghormati aturan dengan cara menaati aturan itu, dimula dari setiap diri kita.
Nanti lah, kalau ada niat dan minat, saya share beberapa contoh aturan-aturan yang berlaku di negeri ini, yang kadang aneh tapi ya kadang aneh juga.

Labels:

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home