Sunday, April 19, 2009

Yang Riil Dong

Berapa banyak? banyak, bahkan banyak sekali...
orang berkata tentang konsep... tujuan...wacana...general view, semuanya hanya ada di tataran ide-ide.
Kalau bahasa keren versi saya, "negeri di atas awan".

Tiap pekan sekali di siang hari, selalu saja dilontarkan, mari kita menjadi orang yang baik..mari kita menuju umat yang maju, dan sekian lagi mari-mari yang lain..mari lah kemari hey..heyy.

Sentuhan-sentuhan paragmatis, yang menerangkan tentang nilai-nilai "how" itu sedikit bahkan sama sekali tak ada.
Umat tidak butuh ucapan diplomatis yang manis, kami perlu yang praktis-praktis saja.
Biar pemimpin selevel pak Bambang saja yang menetapkan aturan global, lalu para bawahan menterjemahkan pada level aplikasi... jangan semuanya hanya mau jadi pemimpin. Ajaklah umat untuk melihat dan merasakan pada riil implementasi hidup.

Taruh contoh anggota dewan di kampung tempat tinggal saya, namanya Pak Usman, bahkan anak saya yang dua tahun pun tahu nama dan wajahnya.
Beliau ini secara reguler dateng ke konstituen nya, nanyain masalah apa yang sedang terjadi. Ngga' melulu ngomongin muluk-muluk ekonomi makro atau istilah high level lainnya, tapi beliaunya nanya tentang pipa bocor dan suara gaduh tetangga, sepeda yang ilang atau perkara kehidupan yang kadang dipandang remeh temeh.

Begitu pula yang di mimbar di sekali sepekan di siang hari, mbok yao menyentil pondasi umat secara langsung, atau yang nonjok seperti kata iklan-iklan.
Umat yang disuapi paradigma secara kontinu hanya membuat mulut-mulut pendengar menjadi menganga bukan karena terheran tapi karena kompensasi dari mata yang terkatup.

Gampangannya... kalau mengajak takwa, jelaskan apa maknyanya, bagaimana caranya.
kalau ngomong akidah yang bagus, jelaskanlah apa itu yang bagus, bagaimana cara mendapatkannya.
kalau ngomong mengajak sholat, jelaskan kabar baik dan gembiranya, lalu bagaimananya.

Ah ternyata saya pun juga baru bisa komplain saja

Ironis

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home