Friday, January 22, 2010

Khotbah Jumat hari ini mengatakan:
Nabi bersabda 'Iman itu bertambah dan berkurang", (HR Ahmad)

maknanya benar, dan memang Nabi dalam hadith-hadith yang shahih secara implisit menyatakan hal tersebut... tapi masalahnya Nabi tak pernah menyatakan secara jelas hal tersebut.

Pekataan tersebut diriwayatkan oleh Imam Ahmad sampai kepada Umair bin Habib, seperti kutipan berikut
"Imam Ahmad -rahimahullah- pernah ditanya tentang makna bertambah dan berkurangnya iman? Kemudian beliau menjawab dengan menukilkan ucapan dengan sanadnya sampai kepada ‘Umair bin Hubaib -rahimahullah-, dia berkata: “Iman bertambah dan berkurang”. Maka dia ditanya, “Bagaimana bertambah dan berkurangnya?” Dia menjawab: “Jika kita ingat Allah, memuji-Nya, bertasbih kepada-Nya, maka demikianlah bertambahnya. Dan jika kita lalai, melupakan-Nya, menyia-nyiakan-Nya maka itulah berkurangnya”. (Aqidatus-Salaf wa Ashabul-Hadits, hlm:265-266)

Mengenai pembahasan bertambah dan berkurangnya iman, maka dapat disimak dari uraian berikut:

Segala puji hanya milik Allah,

Iman menurut Ahlussunnah wal jama’ah adalah ikrar dalam hati, terucap dengan lisan dan mengamalkan dengan perbuatan. Jadi mencakup tiga hal :
Ikrar dalam hati mengucapkan dengn lisan mengamalkan dengan perbuatan

Oleh karena itu keimanan akan bertambah dan berkurang, karena ikrar dalam hati berbeda-beda. Tidaklah sama antara ikrar ketika mendengat suatu berita dengan orang yang langsung menyaksikannya, begitu juga berita yang dibawa satu orang berbeda dengan yang dibawa dua orang dan begitulah seterusnya. Oleh karena itu Nabi Ibrohim ‘alihissalama bertanya :

“ Tuhanku tunjukkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang mati ?? Allah Berfirman : “ Apakah engkau tidak beriman ( wahai Ibrohim ) ? “. Beliau menjawab : “ Saya beriman, akan tetapi untuk menentramkan hatiku “ Al-Baqarah : 260.

Keimanan bisa bertambah manakala hati mendapatkan ketenangan, ketentraman. Kita bisa merasakan manakala kita menghadiri pengajian, dimana ada nasehat-nasehat, disebutkan surga dan neraka. Maka keimanan akan berambah seakan-akan kita melihat dengan mata kepada surga dan neraka tersebut. Akan tetapi ketika kita lengah dan meninggalkan pengajian, kita bisa merasakan keyakinan dalam hati berkurang.

Begitu juga keimanan dalam lisan akan bertambah. Orang yang dzikir kepada Allah beberapa kali berbeda dengan yang melantunkan seratus kali, karena yang kedua akan lebih banyak bertambah daripada yang pertama. Begitu juga orang yang melaksanakan ibadah secara sempurna lebih bertambah keimanannya dibanding orang yang mengerjakannya dengan kurang sempurna.

Begitu juga dengan amal perbuatan, seseorang yang beramal lebih banyak akan betambah keimanannya dibandingkan dengan yang sedikit. Al-Qur’an dan Sunnah telah menegaskan bertambah dan berkurangnya keimanan. Allah berfirman :

( وَمَا جَعَلْنَا عِدَّتَهُمْ إِلا فِتْنَةً لِلَّذِينَ كَفَرُوا لِيَسْتَيْقِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ وَيَزْدَادَ الَّذِينَ آمَنُوا إِيمَانًا) المدثر/31.

" Dan tidaklah kami menjadikan bilangan mereka itu melainkan untuk jadi cobaan bagi orang-orang kafir, supya orang-orang yang diberi Al-Kitab menjadi yakin dan supaya orang yang beriman bertambah imannya " Al-Mudatsir : 31

وقال تعالى : ( وَإِذَا مَا أُنزِلَتْ سُورَةٌ فَمِنْهُمْ مَنْ يَقُولُ أَيُّكُمْ زَادَتْهُ هَذِهِ إِيمَانًا فَأَمَّا الَّذِينَ آمَنُوا فَزَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَهُمْ يَسْتَبْشِرُونَ وَأَمَّا الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ فَزَادَتْهُمْ رِجْسًا إِلَى رِجْسِهِمْ وَمَاتُوا وَهُمْ كَافِرُونَ) التوبة/124 - 125.

" Dan apabila diturunkan suatu ayat, maka diantara mereka ( orang-orang munafik ) ada yang berkata : " Siapakah diantara kamu yang bertambah imannya dengan turunnya surat ini ? ". Adapun orang-orang yang beriman, maka surat ini menambah imannya, sedang mereka merasa gembira. Dan adapun orang-orang yang di dalam hati mereka ada penyakit, maka dengan surat itu bertambah kekafiran mereka. Disamping kekafiran ( yang telah ada ) dan mereka mati dalam keadaan kafir ". At-Taubah : 124 – 125.

Dalam hadits yang shoheh, Rasulullah sallallahu’alaihi wasallam bersabda : “ Saya tidak melihat orang yang kurang akal dan agama. Yang bisa lebih menghilangkan di hati orang yang bertekad bulad diantara kamu semua “

Jadi Iman itu bisa bertambah dan berkurang .

Majmu’ fatawa wa rasail karangan Syekh Muhammad Sholeh Al-Utsaimin : 1 / 49

Labels:

Wednesday, January 13, 2010

Hikmah Tawakkal

Hikmah dari tawakkal salah satunya adalah membebaskan diri dari segala ketakutan, ketakutan akan gagalnya suatu usaha, dia juga menyingkirkan kekhawatiran dari kemiskinan dan segala bentuk keburukan.
Yang dituntut pada makhluq adalah untuk berusaha dalam koridor yang benar (secara syar'i) segala hasil yang muncul adalah kehendak Nya yang menentukan.
Jikalau kebaikan haruslah kita kembalikan padaNya, sehingga menimbulkan syukur.
Dan jika keburukan (dari kacamata manusia) maka juga kita kembalikan lagi padaNYa, sehingga akan menimbulkan kesabaran.

Ngga' perlu takut dan khawatir jika kerjaan merasa gagal, ujian tak lulus, kolega yang dengki, fitnah dari tetangga kanan-kiri, selagi kita berada pada jalur yang benar, niscaya ngga' akan memudharatkan segala jenis ujian itu, malah yang ada akan semakin mempertebal keimaman dan meningkatkan derajat diri.
Hanya makhluk manusia saja yang pusing dilanda krisis moneter, hanya manusia saja yang berpusing dengan investasi. Jika sampai karena dunia melenakan akan hidupnya, maka hilanglah segala kemulyaan yang disematkan padanya.

Dari Ibn Qayyim dijelaskan bahwa tawakkal adalah menjalankan semua sebab-sebab yang bisa mendatangkan terwujudnya suatu maslahat, dan kemudian menanggalkan ketergantungan kepada semua sebab-sebab itu tatkala menunggu hasil yang akan dipetik.

Bertawakkallah kepada dzat yang Maha Kaya dan Yang Abadi

Wallahua'lam

Labels:

Friday, January 08, 2010

Pantang Meyerah

Pantang menyerah...nda' begitu jauh dengan ndableg, hanya saja konotasinya yang membedakannya.
Yang satu untuk konotasi positip, yang terakhir untuk hal-hal negatip.

Pagi ini, hari ke 5 Mbak (beneran) sekolah, Si Mbak sayangku sudah mulai menampakkan tanda-tanda malas...malas bangun pagi. Yups, memang kebiasaannya selama sebelum sekolah bangunnya jam 7.30an, dan begitu sekolah bisa nda' bisa harus diubah ke jam 6.45, perbedaan 45 menit yang cukup signifikan untuk mendatangkan kemalasan yang teramat sangat.
So.. yang keluar dari bibir mungilnya adalah.."huhuhuh..ngga' mau sekolah..ngga mau!!!" dengan mata yang masih belum 100% terbuka dan kesadaran masih (kira-kira) seperempat nyawa.

Nah..disinilah pelajaran untuk pantang menyerah harus diuji, harus diasah... ngga' boleh cuma menuruti rengekan anak yang itu merupakan emosi sesaat belaka.
Terus dan terus perlu untuk diberikan pengertian sesuai dengan tingkat penalarannya, sembari untuk bergerak menyiapkan perlengkapannya. Mandi pagi, ganti baju dan perbekalan yang lainnya. Walhasil pada waktunya semuanya sudah siap sedia, walaupun semangat si Mbak belum sampai ke peak nya.
Seiring bergulir waktu dan proses, ketika bus sekolah (yang kutunggu kutungguuuu) mendekat...senyum sumringah mengembang di wajah manis si Mbak, salam, cium.."Assalamu'alaikum..dadaaa".

Hhhhfff... (menghela napas agak panjang), lega, memang symptomp yang nampak di bagian awal pagi ini bukanlah inti dari ceritanya, dia hanyalah sekedar fenomena sementara yang harus disingkirkan lebih dulu baru kemudian akan mendatangkan senyuman.

Syukron Nak, banyak pelajaran yang diberikan olehNya lewat perantaraan kemalasanmu.

Labels:

Friday, January 01, 2010

Berhitung

Berbagai pertanyaan masih menggelayut, mengapa begini, mengapa begitu.
seringkali logika manusia tidak mampu untuk menangkap sinyal-sinyal yang diberikan oleh Sang Khaliq. Baik yang berhubungan dengan masalah takdir, masalah sifat dan dzatNya, dengan berbagai hikmah tuntutan dan larangan, dengan kapan kah nanti itu kiamat.

Laskar iblis memang sangat lihay menggoncangkan fitrah manusia, induk semangnya yang sudah terlebih dulu menelusuri setiap pembuluh Adam benar-benar tau dari sisi mana harus menaklukkan kelemahan manusia.
Wal 'iyadzu billah wallahu musta'an.

Lakukan saja amalan dan persiapkan bekal sebanyak mungkin,yakini akan kebenaran dari nash walaupun akal tak mampu menangkap semua maknanya. Sembari tetap belajar mengasah diri dan berlindung dari sekapan bujukan iblis la'natullah.
Karena kita tak dituntut untuk mengetahui kapan itu kiamat,tapi kita 'sekedar' diperintah untuk menyiapkan diri untuk menghadapi kiamat. Toh kapanpun itu kiamat terjadi, yang jelas kita akan mati.

Labels: